Mengapa Kita Harus Berhijrah?

ARTIKEL KE 727  

KEHARUSAN BERHIJRAH

Sebuah artikel di hari yang terik sekedar penawar dahaga dan lapar di bulan puasa ini. Saya tetap komit untuk menulis sebuah artikel setiap harinya. Di sela kesibukan kuliah saya menyempatkan diri untuk menulis apa saja yang saya anggap bermanfaat bagi saya dan pembaca blog lancarrezeki.blogspot.com ini. 

Apa yang terbetik dalam pikiran anda ketika mendengar kata hijrah? Ya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya seperti halnya Rasulullah SAW pada saat tak bisa menahan tekanan kaum musyrikin Mekkah akhirnya berhijrah ke kota Thaif yang kemudian kita kenal sebagai Madinah kota Nabi.
Padahal berhijrah itu juga bisa berarti perubahan ke arah yang lebih baik.
(baca : rezeki terasa mandek, berhijrahlah)


Saat kita ingin berhijrah menuju keadaan lebih baik, kata Uztaz Felix Siaw, ada dua kemungkinan, apakah kita gagal atau kita berhasil, tapi bila tidak mau berubah, pilihannya hanya gagal.
Apa sebab ? Karena yang tak mau berubah akan tertinggal, tak usah bicara persoalan akhirat, soal dunia saja, mereka yang hanya ingin stagnan, tak mau berubah, akan mati, tergilas oleh perubahan itu sendiri.
Karena perubahan itu sunnatullah, kita gak bisa menahan terjadinya perubahan di lingkungan sekitar kita. Dan jika tak mengikutinya kita akan ketinggalan.
(baca : mengapa perlu berubah?)

Berbaring sejenak itu menyenangkan, terus-terusan berbaring itu malah merusak tubuh, berdirilah, berjalanlah, berlarilah, itu menyehatkan, karena kita bergerak. Itu namanya ikhtiar. Jangan karena rezeki sudah dijamin trus kita stop berusaha? Jangan karena rezekinya susah dan usahanya gagal melulu langsung menyerah...!!! Itu konyol namanya..
Jangankan manusia, air yang diam saja akan menjadi keruh dan kemudian berbau, perumpamaah seperti selokan yang mampet. Air harus terus bergerak mengalir mengikuti alurnya. Bergerak itu harus, sebagaimana panah yang meninggalkan busurnya, barulah bisa mengenai sasaran. 

Momen bulan ramadhan ini adalah momen paling tepat untuk berhijrah. Hijrah dari maksiat, dosa, kebohongan dan perilaku buruk masa lalu.
Sampai kapan mau tetap dalam maksiat? Sementara Allah janji menyediakan keluasan di bumi-Nya dan juga ganti yang lebih baik daripada semua yang ditinggalkan karena-Nya?

Bila ada yang lebih baik dan lebih luas dari yang sekarang, maka mengapa kita tidak mulai menaati Allah, mulai untuk sesuaikan hidup dengan apa yang Allah inginkan? Mulai menjadikan diri kesayangan Allah? Kalo Allah Sang Pemberi rezeki sudah ridha anda bisa bayangkan bagaimana hidup kita di dunia dan akhirat? Bisa jadi mulus bak jalan tol atau diberi ujian, cobaan dan lulus..

Buat penikmat maksiat...
Nikmat yang kita rasa di dunia saat maksiat hanya itu-itu saja, terbatas dan takkan lebih dari itu, semakin banyak kita nikmati maka semakin berkurang rasanya. Anda boleh cari tahu bagaimana kehidupan mereka yang suka "jajan", doyan zina atau suka mabok, judi? Gak usah dulu kita bicara akhirat. Apakah hidupnya bahagia? 

Beda dengan kenikmatan akhirat yang Allah sediakan di dunia, ketaatan pada Allah itu, semakin kita taat maka semakin besar nikmat yang Allah berikan di dalamnya. Anda boleh coba..
Inilah rezeki yang sesungguhnya..
Sampai kapan kita masih mempertahankan maksiat? Sementara Allah sudah menunggu amal-amal salih kita, menyiapkan balasan yang terbaik buat kita, dunia akhirat?

Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Doa Agar Rezeki Tak Terputus

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)