Baca Ini Wahai Pecandu Ponsel !

ARTIKEL KE 694  

PECANDU PONSEL ‼

Hari gini gak ada orang yang gak punya ponsel alias telepon seluler. Bahkan balita dan anak-anak pun punya. Mereka kadang sangat ahli memainkannya dari orang dewasa. Ada salah seorang keponakan saya yang masih balita, gak bisa tidur tanpa main ponsel dulu. Ponsel adalah produk paling laris dan paling digemari jaman now. Ada yang punya lebih dari satu seolah tak puas jika hanya punya sebuah ponsel saja.
Salah satu penyakit dari gadget ini adalah mampu bikin kecanduan. Semua orang jadi gak bisa hidup tanpa ponselnya. Yang lain boleh lupa tapi jangan sampe lupa ponsel. Dunia bakal jadi membosankan dan tanpa makna bila tanpa ponsel di tangan. Begitu besarnya candu ponsel ini...


Imam Masjidil Al Haram Asy-Syaikh Su’ud asy-Syuraim dalam sebuah Khutbah Jumat pernah berkata:
"Adakah dari kita yang tidak melihat perubahan dalam kehidupannya setelah masuknya aplikasi media sosial semacam WhatsApp, Facebook, Instagram dan yang lainnya dalam kehidupannya ?"
Waspadalah !
Fenomena ini merupakan "Ghazwul fikr" fenomena yang menyerang akal.
Namun sayangnya kita telah tunduk dan bertekuk lutut padanya dan membuat kita semakin  jauh dari dien Islam yang lurus, membuat kita terlupa dari dzikir dan ibadah kepada Allah. Harusnya waktu luang banyak kita pergunakan untuk ibadah tapi yang terjadi adalah lebih banyak kita pake untuk ber"media sosial".

Kenapa hati kita mengeras? Pernahkah anda bertanya?
Itu karena seringnya kita melihat cuplikan video lucu, yang nyeleneh, editan, horor, menyedihkan dan juga kejadian-kejadian (termasuk hoax) yang di-share orang lain pada kita..
Hampir sebagian besar waktu kita tersita untuk memeriksa video, status, cerita yang dishare orang lain. Seolah-olah kita punya kepentingan yang begitu mendesak akan hal itu, sehingga tidak bisa menunggu dan harus segera dilakukan...
Hal ini membuat hati kita mengeras laksana batu. Karena kita terlalu peduli pada kejadian yang sebenarnya bukan urusan kita. Tak lengkap rasanya kalo kita gak ikut berkomentar. Padahl gak dikomentarin dan terlibat pun gak ada masalah. Waktu habis untuk memperdebatkan pilihan berbeda terhadap calon tertentu saat menjelang pilkada. Debat kusir pun terjadi seolah-olah komentar kita ikut menentukan nasib sang kandidat. Padahal tidak kan...?

Hati kita dicondongkan menyukai hal-hal yang gak penting dan gak perlu. Itulah yang membuat kita selalu punya waktu untuk hal-hal ini ketimbang hal-hal penting dan perlu yang sebenarnya menentukan rezeki kita dan nasib kita di mata Allah.
Bayangkan berapa banyak waktu yang harusnya kita pake untuk produktif mencari rezeki malah dipake untuk ngomentarin status orang? Berapa banyak waktu yang harusnya dipake ibdah malah dipake debat kusir di dunia maya..
(baca : mengapa rezeki kita tak berkah?)

Kenapa kita terpecah belah dan gampang putus tali kekerabatan ?
Karena kini silaturrahmi kita hanya via WhatsApp/medsos saja, seakan kita bertemu mereka setiap hari.
Begitu buka ponsel di pagi hari maka akan ada sapaan salam di sana dan saling sahut-sahutan menjawab salam di grup yang sama. Kita jadi keasikan chatting seolah benar-benar bertemu di dunia nyata. Cara ini banyak ditempuh karena lebih praktis dan simpel, seolah mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang dekat tanpa harus repot-repot meninggalkan tempat.
Padahal bukan begitu tata cara bersilaturrahmi yang diajarkan Rasulullah. harusnya kita datang secara fisik, mengucap salam, bersalaman, membawa oleh-oleh, saling ingat mengingatkan, nasihat menasihati dalam kebaikan, saling doa mendoakan, berusaha untuk menjadi bagian dari komunitas yang sesungguhnya yang menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Bukan hanya sekedar kelompok ha ha hi hi dan senda gurau di dunia maya yang tidak memberikan sumbangan yang berarti bagi kemajuan Islam dan komunitas muslim.

Kenapa kita sangat sering mengghibah (ngrumpi), padahal kita tidak sedang duduk dengan seorang pun?
Itu karena saat kita mendapatkan satu message yang berisi ghibah terhadap seseorang atau suatu kelompok, dengan cepat kita sebar ke grup-grup yang kita punya. Kita share tanpa memastikan apakah message itu benar adanya atau hanya hoax. Kita selalu menjadi orang paling pertama yang men-share, seolah kita menjadi penting karenanya...
Dengan begitu cepatnya ghibah itu menyebar sehingga terjadilah ghibah berjamaah, tanpa sadar berapa banyak dosa yang kita dapatkan dari hal itu? Dan sadarkah kita bahwa ini akan kita pertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah SWT. Siapkah kita mempertanggung jawabkan apa yang kita sebar?

Belum lagi hobi selfie dan groupie yang seolah wajib hukumnya di setiap momen kehidupan kita. Tahukah bahwa selfie bisa menghalangi rezeki?
Sangat disayangkan, kita telah menjadi pecandu yang lebih fanatik dari para pecandu narkoba.
Bayangkan aja, lagi makan, handphone ada di tangan kiri kita.
Kita duduk bersama teman-teman, HP ada di genggaman.
Berbicara dengan ayah dan ibu yang wajib kita hormati, tetapi handphone ada di tangan pula. Lagi ngumpul keluarga, masing-masing saling bisu sibuk dengan ponselnya. Seolah ponsel itulah dunia utamanya dan keluarga hanya dunia kedua..
Sedang mengemudi kendaraan, HP juga di tangan.
Jika di luar negeri kecelakaan terjadi karena supir mabuk alkohol, kalo di sini kecelakaan terjadi karena supir sibuk main HP.
Sampai-sampai anak-anak kita pun telah kehilangan kasih sayang dari kita, karena kita telah berpaling dari mereka dan lebih mementingkan ponsel. Anak-anak pun sudah tidak mencari kita saat mereka susah, yang dicari adalah penghiburan dari ponsel. Fungsi orang tau telah tergantikan dan ini menjadi masalah...

Teknologi ini tentu saja memiliki kelebihan tapi gunakan kelebihan itu untuk membantu kita menjadi manusia yang lebih baik di mata Allah SWT. Gunakan ponsel untuk mencari informasi yang bermanfaat, misalnya baca blog ini lancarrezeki.blogspot.com, mengaji seayat atau dua ayat dan hal yang memberi tambahan pahala bagi kita lainnya.
Jika sesaat saja ponsel kita tertinggal, betapa kita merasa sangat kehilangan...
Ah,  andai perasaan seperti itu ada juga pada shalat dan tilawatul (pembacaan) Quran kita..."

Adakah dari kita yang mengingkari hal ini? Dan siapa yang tidak mendapatkan perubahan negatif dalam kehidupannya, setelah masuknya teknologi ini pada kehidupannya dan setelah menjadi pecandu? Tanya diri masing-masing...
Demi Allah,
Siapakah yang akan menjadi teman kita nanti di kubur?
Apakah ponsel, apakah teman-teman dunia maya?
Mari kita sama-sama kembali kepada Allah, jangan sampai ada hal-hal yang menyibukkan kita dari dien (agama) kita. Karena kita tidak tahu, berapa lamakah sisa umur kita".
ALLAH berfirman:
 “Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”.
(QS.Thaha:124)


Semoga ponsel yang kita miliki menjadi wasilah (penghubung) kebaikan dan bukan wasilah dalam keburukan.. .
Siapkah kita menghentikan kecanduan ini?
Maukah kita menjadikannya candu yang bermanfaat, yang menambah pundi-pundi rezeki dan pundi-pundi amal?

Wallahu alam...

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Doa Agar Rezeki Tak Terputus

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)