Inilah Keunggulan Denmark Sehingga Maju

Berkaca dari Denmark

Sebelumnya saya pernah menulis tentang Orang Arab pemalas kok negerinya kaya?  Juga semangat seorang gadis Jepang yang tinggal jauh di Kanada, dengan harapan bahwa kita bisa mendapatkan pelajaran dari kisah-kisah ini. Saya pernah tinggal di Kyoto, Jepang selama setahun dan tahu betul bagaimana karakter orang Jepang yang membuat negaranya maju. Sekarang saya tinggal di Taiwan dan kapan-kapan saya akan menulis tentang negara ini juga. Mari kita membahas lebih dulu salah satu negara paling makmur di dunia yaitu Denmark.
Bukankah kita bisa belajar kebaikan dari siapa saja, dari mana saja dan kapan saja?
Denmark adalah salah satu negara maju dengan PDB (pendapatan rata-rata penduduk) tahun 2017 sekitar US$ 46.602 alias 619 juta rupiah. Negara ini sebenarnya tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti negara kita. Bahkan karena dekat dengan kutub utara, negara ini memiliki suhu yang ekstrim di musim dingin dan hanya bisa merasakan kehangatan mentari sebentar saja.


Menurut banyak literatur di internet Denmark adalah salah satu negara yang penduduknya paling bahagia. Negara ini juga termasuk salah satu negara paling nyaman ditinggali manusia di dunia, juga menjadi negara paling makmur dan paling bersih sampai ada yang menyebutnya dengan “Negeri Dongeng”.
Meskipun menurut Wikipedia negara yang bentuknya kerajaan ini jumlah penduduknya tak seberapa besar, sekitar 5,5 juta di awal tahun 2018 tak menghalangi pemerintahnya untuk melakukan apapun yang mereka bisa demi kesejahteraan masyarakatnya. Apa yang membuat negara ini bisa maju?

Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta mulanya berpikir bahwa mungkin yang menjadi penyebab Denmark maju karena sistem pendidikan mereka yang sangat baik. Tapi ternyata dugaannya keliru. Jika penduduk Denmark ditanya, mereka justru percaya bahwa penyebab dari status negaranya yang dijuluki negara makmur, nyaman ditinggali dan dengan penduduk paling bahagia di dunia adalah karena KEJUJURAN masyarakatnya.
Orang Denmark percaya bahwa semua kebaikan yang ada di negaranya berawal dari kejujuran, pada saat seorang jujur maka semua fasilitas umum untuk rakyat akan terbangun dengan baik oleh pemerintah, sebagaimana mestinya sesuai standar mutu yang telah ditetapkan di segala bidang mulai dari kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, infrastruktur dan sebagainya.

Orang Denmark percaya bahwa kejujuran bisa melahirkan segala yang baik. Mereka percaya bahwa tidak ada manusia yang bodoh, semua manusia diberi kecerdasan. Jika kecerdasan ini ditambah dengan kejujuran maka kecerdasan akan membawa manfaat bagi sesama dan seluruh negeri. Karakter yang jujur pasti akan membuahkan hasil yang baik.
Keyakinan yang dimiliki oleh masyarakat Denmark adalah jika setiap aparat pemerintah jujur, mulai dari pejabat, menteri, polisi dan seterusnya dan masyarakatnya juga jujur maka sebuah negara bisa menjadi makmur tanpa perlu menjadi yang paling pintar di bidang pendidikan.

Jika ditelusuri di internet, Denmark masuk dalam salah satu negara dengan tingkat korupsi nyaris nol, seperti halnya dengan Finlandia, New Zealand, Swiss dan Swedia. Satu-satunya negara Asia yang tingkat korupsinya paling sedikit di dunia adalah Singapura.
Karena kejujuran itulah akhirnya pendidikan di negara ini pun menjadi lebih baik dan sangat maju. Jadi tidak salah jika kita katakan bahwa ketidak jujuran (mental korup), akan melahirkan masalah, bencana bagai lingkaran setan dalam sebuah negara.
Mereka begitu yakinnya bahwa kejujuran bukannya kepintaran yang merupakan awal dari semua kebaikan.
Surah Al Ahzab ayat 70 -71 tentang kejujuran
Kira-kira 10 tahun silam, menurut Dr. Komaruddin Hidayat, kejujuran dan etika moral adalah prioritas utama kita, sedangkan kepintaran itu kita kembangkan kemudian, karena kita juga yakin bahwa setiap anak terlahir dengan otak yang cerdas.
Kita tidak terlalu pusing jika seorang anak belum bisa berhitung saat masuk SD atau bahkan setelah sekolah SD, tapi kita sangat peduli jika seorang anak tidak jujur dan beretika buruk. Ini juga terjadi di sekolah-sekolah dasar di Jepang. Berdasarkan pengalaman saya, selama anak-anak saya bersekolah di SD Jepang, Shugakuin Dai Ni Shogakko, mereka sejujurnya tidak belajar agama tapi belajar etika, tata krama, termasuk masalah kejujuran sangat ditekankan. Dari kecil mereka sudah ditanamkan pentingnya on time (datang tepat waktu, bukankah telat juga namanya korupsi waktu), pentingnya meminta maaf pada saat melakukan kesalahan, mengajari anak-anak mandiri sedari dini..
Anyway kita lanjut soal Denmark.
Harusnya kita tetap mempertahankan sistem pendidikan kita di masa lalu yang lebih fokus pada pembangunan karakter dengan penerapan kejujuran sebagai landasan utama.
Kenyataannya sekarang tidak demikian. Urutan ranking, nilai skor, kompetisi gila-gilaan bahkan tidak sehat antar peserta didik serta budaya nyari contekan dan bocoran soal jadi biasa. Belum lagi praktek perjokian pada saat SBMPTN ataupun seleksi penerimaan PNS. Ada yang salah dengan pendidikan di negeri ini sehingga orang tidak lagi menganggap kejujuran itu sakral.

Bahwa karakter, perilaku dan kejujuran adalah landasan untuk membangun Indonesia yang kuat dan makmur, bukan sekedar angka-angka akademik yang tertera di buku-buku raport sekolah anak-anak kita .
Belajarlah juga dari pengalaman negara lain. Semoga kita bisa mengawali dari lingkup terkecil, keluarga dan sekolah kita. Karena sesungguhnya kita semua adalah guru di lingkup terkecil yaitu keluarga kita sendiri.

Mari kita melakukan yang terbaik dan tetap penuh semangat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik. Dan jika anda ingin rezekinya baik, mulailah semua ikhtiar anda dengan kejujuran. Cari rezeki yang halal dan beri makan anak-anak anda dengan makanan halal.

Wallahu alam..

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)

Doa Agar Rezeki Tak Terputus