Kasian, Ujian Kok Dijadikan Impian??

Muslim itu wajib kaya

  • Kalau kita berbicara tentang rezeki pasti langsung pikirannya rezeki itu adalah harta. Padahal rezeki bukan hanya berupa materi. Untuk menyegarkan ingatan silakan baca hakikat rezeki itu apa
  • Tapi mengapa muslim wajib kaya? Karena dengan kekayaan lebih mudah baginya memberi manfaat bagi diri, sesama, dan umat Islam secara keseluruhan. Ahli ibadah dan da'i yang kaya jauh lebih bisa berperan dibanding mereka yang miskin. (baca : bagaimana membangun taman kekayaan)
  • Siapa yang bisa membangun tempat ibadah, sekolah Islam yang bermutu, rumah sakit untuk melayani orang tidak mampu, rumah tahfidz, rumah yatim bahkan pesantren-pesantren berkelas hanya mereka yang punya duit alias kaya bukan?  Jadi jangan remehkan mereka yang kaya dan serta merta menuduh mereka cinta dunia. Tapi respeklah pada mereka yang menggunakan kekayaannya bukan untuk pamer tapi untuk memberi manfaat. Baca artikel ini Hidup itu tak boleh sederhana, untuk lebih memahaminya.
  • Artikel kali ini lebih fokus untuk memikirkan kembali hakikat kehidupan kita termasuk bagaimana menyikapi dunia, termasuk rezeki di dalamya.
ujian itu bukan tujuan


Bagaimana menyikapi rezeki dunia?

  • Saya tidak mengajak anda untuk menuhankan kekayaan. Tapi mengajak anda untuk berpikir kembali bagaimana menyikapi rezeki dunia.
  • Orang sering sekali menyangka apa yang dimiliki atau dialami oleh orang lain jauh lebih enak dari apa yang dirasakannya. Bukankah rumput tetangga jauh lebih hijau dibanding rumput di halaman rumah kita?
  • Orang yang tak pernah naik pesawat pasti menganggap yang namanya naik pesawat itu enak. Bagi yang sering bepergian dengan pesawat malah lelah, bosen atau didera ketakutan soal kecelakaan pesawat.
  • Orang yang tidak pernah menginap di hotel, pikir bahwa tinggal di hotel itu enak, serba dilayani dan fasilitasnya lengkap. Sementara yang sering bepergian, nginap dari satu hotel ke hotel lainnya malah capek, lelah jiwa dan raga dan inginnya di rumah saja berkumpul bersama keluarga dan makan makanan rumahan.
  • Orang yang tidak pernah jadi pejabat, eksekutif, posisi yang bagus mengira mereka itu duduk di kursi empuk, berkubang uang dan banyak anak buah. Bagi yang duduk di kursi empuk itu malah merasa tidak bisa menikmati hidup karena terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab posisinya.
  • Orang miskin mengira bahagia itu ada pada harta dan uang yang banyak. Sementara banyak orang kaya yang hidupnya tidak bahagia dan ingin mati saja.

Miskin dan kaya itu sama saja

  • Di hadapan Allah, mereka yang miskin dan mereka yang berlimpah harta sama saja. Yang membedakan adalah amalnya. Orang miskin bisa semulia orang kaya jika amalannya bagus. Orang kaya pun belum tentu hina jika ternyata kekayaannya bermanfaat dan semakin mendekatkannya pada Allah. Kapan rezeki jadi masalah? Saat rezeki menjauhkan kita dari Allah.
  • Harta dan rezeki diberi Allah pada kita selain untuk memenuhi kebutuhan agar bisa bertahan hidup juga untuk diuji. Harta, uang bahkan anak-anak pun ujian dari Allah. Darimana perolehannya? Bagaimana memanfaatkannya? 
  • Jadi sayang sekali kalau orang menghabiskan hidupnya hanya untuk mencari harta, menumpuk duit di bank kemudian menghambur-hamburkannya untuk kesenangan dunia. Sujud siang malam menghadap Allah di saat susah, mohon agar diberi rezeki yang banyak. Begitu diberi jadi keenakan, malah lupa Allah. Manusia itu kebanyakan tidak bersyukur. Dia lupa tujuan penciptaan manusia.
  • Rezeki yang kita miliki sebenarnya hanya yang 3 ini. Dan yang boleh dibandingkan dengan orang lain hanya yang 3 ini juga. Bukan banyaknya harta yang menentukan kualitas kita sebagai manusia tapi banyaknya amalan kita yang diterima Allah, banyaknya manfaat yang kita beri pada sesama manusia dan banyaknya orang yang merasakan keberadaan kita di tengah-tengah mereka.
  • Hidup hanya untuk mencari duit, bikin usaha semata-mata untuk mencari untung yang banyak, bikin akun di medsos agar bisa dapat duit, sampe ngetwit dan buat status ujung-ujungnya untuk mendapatkan duit juga. Hidupnya hanya berputar pada duit. Makan, tidur, ke toilet itu hanya selingan. Bahkan kalau bisa aktivitas itu menghasilkan duit itu lebih bagus. Bangun tidur bukannya ku terus mandi tidak lupa menggosok gigi kayak lagu anak-anak. Tapi bangun tidur langsung mikirin duit. Mandi dan gosok gigi sih iya tapi sambil mikirin duit.

Impian diukur pake duit

  • Kasian sekali orang yang impiannya diukur pake duit. Bagaimana bisa punya rumah lebih gede, tanah lebih banyak, aset yang terus nambah, rekening yang semakin gendut, seolah lupa kalo mati itu semua akan ditinggalkan dan akan ditanya pertanggung jawabannya nanti di akhirat.
  • Kasian sekali orang yang mimpi dan tujuan hidupnya seputar duit. Ingin punya 1 juta, 1 Milyar, 1 trilyun... padahal DUIT ITU UJIAN..
  • Ujian kok dijadikan impian? Ujian kok dijadikan tujuan hidup? Gimana sih??

Jadi tidak boleh kaya nih?

  • Bukannya tidak boleh kaya, baca dulu apa beda uang dan kekayaan, biar paham. Kaya itu bagus, tapi jangan dijadikan tujuan, jadikan selingan saja, hasil samping, hasil ikutan bukan impian apalagi tujuan hidup. 
  • Rezeki itu tak susah, gampang dicari dan mudah didapat. Cukup dekati Sang Pemberi Rezeki. Orang baik rezekinya baik dan lancar. Yang mendekatkan diri pada Allah, insya Allah rezekinya mengikuti. Yang didekati kan Zat yang Maha Kaya.
  • Bahagia itu tidak jauh. Bukan lewat kepemilikan harta benda, hidup berlimpah rezeki materi, tapi bahagia itu ada pada kedekatan pada Allah, Zat yang memiliki dunia. 
  • Ada seorang saleh yang ditanya oleh seorang penguasa, apa yang diinginkan dalam dunia ini pasti akan diberinya. Apa jawab si Orang Saleh? "Sama Allah yang punya dunia saja saya tidak pernah meminta dunia, apalagi sama tuan yang tak memiliki dunia?"
Ini nasehat buat diri saya sendiri yang masih tamak pada harta dunia. Juga mudah-mudahan bermanfaat bagi anda semua yang penyakitnya sama dengan saya. Wallahu alam.. 

Comments

Popular posts from this blog

Bolehkah Menolak Rezeki?

Doa Agar Rezeki Tak Terputus

Menarik Rezeki dengan Asmaul Husna (5)